Rabu, 04 Juni 2014

Kisahku di Kapal Rongsokan Itu


Benda rongsokan ini adalah peninggalan sejarah di masa perang dunia ke-II, usia benda ini lebih tua dari usia bapakku, atau mungkin saja suda berusia ratusan tahun. Ya… benda itu adala sebuah kapal perang milik angkatan bersenjata kekaisaran Jepang, ada juga yang mengatakan bahwa kapal ini adalah kapal barang atau kapal logistik yang bertugas untuk mensuplai kebutuhan pokok tentara jepang yang terlibat dalam perang dunia kedua melawan Amerika Serikat dan sekutunya dimana Negara matahari tebit ini bergambung dengan blok Nazi dari Jerman yang dipimpin oleh pemimpin yang sangat terkenal dengan kekejamannya, HITLER.


Konon katanya kapal perang ini bernama Toshimaru, ada juga yang mengatakan nama kapal tersebut adalah Hinomarusang yang entah nama itu dari mana asal muasalnya. Kapal perang ini karam di perairan “Teluk Kao” diakibatkan oleh pengeboman yang dilakukan oleh militer angkatan udara dari sekutu yang pada waktu itu berbasis dan memiliki pangkalan terhebat di kawasan Asia Pasifik tepatnya di pulau Morotai, sebuah pulau di utara pulau Halmahera. Teluk Kao sendiri adalah sebuah teluk yang berada di pulau Halmahera bagian Utara, tempat karamnya kapal ini berada di kecamatan Malifut, kecamatan yang berada di daerah administrasi kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara, Indonesia.



Malifut adalah tanah dimana aku dibesarkan. Walaupun aku tidak terlahir di sini, namun cerita hidupku terlukis indah di tanah ini bagaikan pelangi sehabis hujan disore hari yang menghiasi langit pantai Malifut dengan warnanya yang indah nan menawan. Seindah sunrise dikala pagi dan secantik sunset di sore hari. Tumbuh besar dengan menghabiskan sekolah dasar sampai menengah atas di tanah ini sebelum memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di tanah “Daeng” Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia.

Rongsokan kapal milik Jepang ini adalah bagaikan taman kota bagi aku dan teman-teman kecilku waktu dulu. Walaupun tempat ini letaknya agak jauh dari bibir pantai sekita 1 km, namun bagiku dan teman-temanku adalah tempat bermain yang menyenangkan. Tempat ini waktu dulu dijadikan tempat rekreasi bagi warga malifut dan sekitarnya karena pantai ini memiliki arus laut yang tenang dan apabila air laut surut maka area pantai ini menjadi semakin luas. Pantai ini sangat ramai disore hari, jika air laut sedang surut kami menjadikannya sebgai lapang untuk bermain bola. Jika ada yang pergi ke kapal, ada hanya sekedar mengelilingi kapal, ada juga yang melompat-lompat dari dek depan kapal yang cukup tinggi dari permukaan air laut bagaikan atlet loncat indah yang professional. Selain tempat rekreasi, tempat ini juga dijadikan sebagai tempat pemancingan ikan, karena ikan-ikan menjadikan rongsokan kapal ini sebagai rumah dan berkembang biak.


Namun bagi aku, tempat ini adalah taman bermainku. Dulu ketika hari libur sekolah, aku dan teman-teman kecilku senang menghabiskan  waktu libur kami di tempat ini dengan memancing ikan yang berkumpul di dasar kapal yang karam ini. Entah hanya sekedar mengisi waktu libur, atau hobi, atau juga memang kami mempunyai bakat menjadi nelayan sukse. hehehe….

Tempat ini adalah tempat dengan seribu satu kisah buatku dan teman-teman kecilku. Di dinding-dinding kapal yang penuh karatan itu tergores catatan-catatan indah terkadang konyol bersama teman-teman dikala menghabiskan hari-hari libur sekolah kami. Aku dan ketiga sahabat kecilku yang kebutulan masih kerabat dekat (Ifan, Ical, dan Nyong) selalu mengahabiskan hari libur kami ditempat ini. Bahkan terkadang sehabis sholat subuh berjamaah, kami langsung bergegas ke pantai karena harus berlomaba mendapatkan perahu. Selain itu juga kami ingin menyaksikan indahnya sunrise dari balik gunung diseberang lautan sana yang entah apa nama gunungnya, momen ini selalu kami tunggu dan terasa begitu indah bagi kami. Banyak kejadian-kejadian konyol yang mengundang tawa terjadi pada kami berempat di tempat ini.


Suatu ketika, aku tergelincir dari perahu dan jatuh kedalam kapal, badanku berdarah karena tergores dengan siput-siput laut yang menempel di badan-badan kapal yang terendam air laut, siput-siput tersebut memiliki cangkang yang tajam. Bukannya ditolongin sama teman-temanku itu, malahan ditertawakan sehingga aku pun harus bersusah payah naik sendiri ke atas perahu. Pernah juga saat berada dibagian belakng dek kapal, aku terpeleset dan terjatuh kedalam kapal yang didalamnya penuh dengan landak laut. Hal ini pun mengundang tawa bagi mereka, lagi-lagi tidak ditolongin dan berusaha naik sendiri ke dek kapal.

Pada suatu siang, saat kami memancing dibagian belakang kapal. Pancingan dari temanku Ifan tersangkut di celah-celah besi kapal, maka Ifan memutuskan untuk menyelam guna melepaskan kailnya yang tersangkut dibawa sana. Namun sialnya bagi Ifan saat muncul kepermukaan untuk bernapas, malah telinga telinga kirinya tersangkut kailnya sendiri, lebih lucunya lagi tak tanggung-tanggung tiga kail sekaligus yang menempel di telinganya. Sontak kami bertiga yang berada diatas kapal tertawa terbahak-bahak sampai-sampai air mata kami keluar. Saking lucunya keesokan harinya kami bertemu disekolah pun kami masih tertawa.
Lain lahi dengan cerita temanku yang bernama Ical, karena konon katanya dianatara dek depan kapal dan dek belakng kapal itu ada seekor ikan besar yang bisa memangsa manusia. Entah benar atau tidak, tapi cerita itu terkadang menghantui kami apabila berada di dek depan kapal, atau mungkin saja cerita dari orang-orang tua uuntuk menakut-nakuti anaknya sehingga tidak pergi ke tempat itu… Entahlah….!!!!

Saat hendak kami naik ke dek depan kapal, tiba-tiba saja Ical tergelincir karena besi yang kami tapaki itu licin dan ditumbuhi lumut-lumut laut. Hanya beberapa detik saja Ical sudah kecemplung ke laut tepat katanya dimana tempat ikan besar itu berada. Sebenarnya Ical ini pandai berenang, tapi karena takut dan panic dia seperti orang yang tak bisa berenang dan hanya mengepakkan kedua tangannya di air, yang membuat kami tertawa geli melihat tingkahnya yaitu ekspresi wajah paniknya sambil berteriak meminta tolong. “woe tolong eee,,, woe tolong eee,,, woe tolong eee” begitulah teriakannya. Kami tidak menolongnya, malahan tertawa melihat dia berusaha menolong dirinya sendiri. Akhirnya dengan susah payah dia berhasil naik ke dek depan kapal.


Sementara cerita konyol dari Nyong adalah ketika suatu waktu kami mancing mengelilingi kapal dengan perahu namun karena kami tidak mendapatkan ikan, maka kami berepat memutuskan untuk mincing di dek belakang kapal. Sialnya bagi Nyong, ketika kami naik ke dek belakang kapal, kami harus menundukan kepala karena dek belakang kapal ada sekat-sekat kecil seperti kamar, kalau tidak menunduk, maka kepala kita pasti kejedot dengan besi kapal. Bukannya menunduk malahan dengan santainya Nyong berjalan tanpa menundukan kepalanya, mungkin dia berfikir tidak bakalan kejedot karena tubuhnya yang pendek. Saat berjalan kebutulan dia berada paling belakang dari kami bertiga. Tiba-tiba terdengar air begemuruh seperti ada sesuatu yang jatuh. Pada saat kami menoleh kebelakang, Nyong sudah nyemplung di air. Seperti biasa tidak ada yang menolong tapi malah tertawa karena selain basah kuyup, kepalanya juga benjol. Sambil meringis kesakitan, dia berenang ke tepi kapal lalu naik kembali.




Kisah tersebut hanyalah sepenggal kisah konyol masa kecilku bersama teman-temanku, biarkanlah dinding-dinding kapal karatan itu yang menjadi saksi bisu dan mencatat kisah kami ditempat itu. Biarkanlah itu menjadi suatu cerita dan kenangan masa lalu yang terindah sekaligus konyol setidaknya buat diriku sendiri.

Namun sangat-sangat disayngkan kapal itu tidak seperti kapal yang dulu ketika aku masih kecil. Bukan tidak mungkin  generasi-generasi di masa yang akan datang tidak bisa lagi disaksikan oleh mereka. Selain usia kapal yang semakin lama semakin rusak karena proses korosi yang terjadi secara alami yang menyebabkan kerusakan pada fisik kapal. Tangan-tangan jail dari penduduk settempat yang tidak paham artinya sebuah sejarah, mereka menjamah dan merongrong bagian-bagian kapal hanya untuk keuntungan yang tidak seberapa bila dibandingkan dengan nilai sejaranya.


Pada saat libur Ramadhan tahun 2013 M, ketika aku kembali dari tempat menuntut ilmu untuk berpuasa dan merayak lebaran bersama keluarga besar. Aku melihat kondisi fisik kapal yang tidak agi seperti yang aku saksikan dimasa kecil dulu. Sekarang hanya seperti rongsokan besi tua yang tak ada lagi harganya akibat ulah tangan-tangan jail manusia yang hanya mementing rupiah diatas sejarah. Sudah barang tentu suatu kelak kapal itu hanya seperti dongeng belaka ketika diceritakan pada anak cucu kita kelak dikarenakan tidak ada lagi bukti fisiknya.

2 komentar:

  1. YAH, benar,, kapal itu waktu dahulu memang sangat indah, saya pun pernah melihatx sewaktu kecil . . merupakan sebuah kenangan yang tak terlupakan, bravo malifut !!

    BalasHapus
  2. Dashyat๐Ÿ”๐Ÿ‘๐Ÿ‘

    BalasHapus