Rabu, 22 April 2015

PENCEMARAN MERKURI (Hg) TERHADAP AIR SUNGAI TELUK KAO DAN GANGGUAN KESEHATAN PADA PENAMBANG SEBAGAI AKIBAT PENAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI) DI TELUK KAO KABUPATEN HALAMAHERA UTARA MALUKU UATARA


Teluk KAO merunpakan wilayah yang terletak di wilayah bagian utara dataran Halmahera. Wilayah di pesisir teluk KAO merupak wilayah yang langsung menampung limbah akibat penambangan emas tanpa izin (peti) di teluk kao sehingga daerah ini cukup rawan terhadap pencemaran. Salah satu masalah yang paling meresahkan bagi masyarakat di sekitar lokasi PETI adalah penggunaan bahan berbahaya beracun (B3) yaitu; merkuri (Hg). Penggunaan merkuri sebagai bahan untuk mengikat dan pemisah biji emas dengan pasir, lumpur dan air yang tidak dikelola dengan baik akan membawa dampak bagi penambang emas maupun masyarakat sekitar lokasi PETI, dimana merkuri yang sudah dipakai dari hasil pengelolaan biji emas biasanya dibuang begitu saja di badan sungai dan konsekuensinya badan sungai teluk kao menjadi tempat wadah penampungan.
Sebagaimana yang tertulis dalam Peraturan pemerintah (PP) Republik Indonesia No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Dalam PP tersebut dicantumkan suatu ketentuan umum yang berhubungan dengan pencemaran air. Ketentuan umum tersebut antara lain memuat difinisi pencemaran air, baku mutu air, baku mutu limbah cair dan beban serat daya tampung beban pencemaran air. Peraturan Pemerintah (PP) tersebut memuat juga perihal inventarisasi kualitas dan kuantitas air, penggolongan air, upaya pengendalian, perijinan, pengawasan dan pemantauan, Pembiayaan inventarisasi dan pengawasan pencemaran air, sangsi pelanggaran dan ketentuan peralihan. Pengolahan biji emas tanpa izin menggunakan bahan merkuri, cyianida, air keras untuk memisahkan emas dari endapan sedimen (lumpur, pasir dan air) limbahnya tidak di olah terlebih dahulu melainkan langsung dibuang ke sungai menyuke dan hal ini akan mengakibatkan lingkungan menjadi tercemar (air, ikan dan manusia) bahkan lebih lanjut dapat menimbulkan akibat keracunan dan membahayakan bagi kondisi kesehatan petambang maupun masyarakat sekitar lokasi PETI.
Sebagai gambaran disini kami uraikan apa itu merkuri atau di daerah teluk kao di sebut air perak dan bahaya bagi kesehatan.
Merkuri (Hg)
Air perak dalam bahasa lokal, dalam ilmu kimia di namakan merkuri dengan nomor atom 80 dan massa atom 200 gr berbentuk cair keperakan pada suhu kamar. Merkuri membentuk berbagai persenyawaan baik anorganik (seperti oksida, klorida, dan nitrat) maupun organik. Merkuri dapat menjadi senyawa anorganik melalui oksidasi dan kembali menjadi unsure merkuri (Hg) melalui reduksi. Merkuri anorganik menjadi merkuri organik melalui kerja bakteri anaerobic tertentu dan senyawa ini secara lambat berdegredasi menjadi merkuri anorganik. Merkuri mempunyai titik leleh-38,87 dan titik didih 35,00C. Produksi air raksa diperoleh terutama dari biji sinabar (86,2 % air raksa). Salah satu cara melalui pemanasan biji dengan suhu 8000C dengan menggunakan O2 (udara).
Teknik penambangan yang di lakukan oleh masyarakat di teluk kao yaitu dengan teknik Penambangan Emas Primer .
Metode penambangan emas ini dilakukan dengan menggali sumur atau terowongan sampai menemukan emas. Sumur/lubang yang dibuat dapat berukuran 1.5 m x 1.5 m dengan kedalaman tergantung pada keberadaan batuan emas tersebut. Batuan yang mengandung emas dijadikan tepung dengan Road Mill atau tromol, kemudian hasil hancuran ini ditambahkan air raksa, Lumpur hasil gelundungan dipisahkan dan tailing dibuang dan amalgam kemudian diperas menggunakan kain kasa. Sisa merkuri dapat dipakai lagi dan amalgam kemudian dipanaskan untuk menghasilkan emas murni, semua pekerjaan ini dilakukan didarat.
Dalam rangka pengawasan dan pengendalian, pemulihan kalitas lingkungan di Daerah teluk kao kabuten Halmahera utara provinsi malaku utara adalah terjadinya pencemaran air yang diperkirakan sebagai akibat adanya kegiatan Penambangan Tanpa Izin (PETI), Penebangan hutan secara ilegal, penggunaan pestisida yang berlebihan dan kegiatan – kegiatan lainnya yang dapat menimbulkan pencemaran terhadap badan air Sungai di sekitar teluk kao yang pada akhirnya menuju ke laut Keadaan inilah yang perlu dicegah dan ditanggulangi melalui beberapa cara pendekatan dalam penangananya. Hal tersebut sangatlah penting mengingat kondisi Sumber daya alam dan kekayaan alam yang dimiliki oleh wilaya teluk kao.
BAHAYA MERKURI BAGI KESEHATAN
Toksisitas dari merkuri dapat terjadi pada bentuk organik maupun ionorganik. Jika merkuri inorganic ke air, merkuri tersebut kemudian dimetilasi oleh bakteri dan selanjutnya dimakan oleh ikan yang akhirnya dikomsumsi oleh manusia. Toksisitas merkuri inorganic terjadi dalam beberapa bentuk. Merkuri metalik (Hg), merkuri merkorous (Hg+), atau merkuri (Hg2+). Toksisitas dari merkuri inorganic dapat terjadi dari kontak langsung melalui kulit atau saluran gastrointestinal atau melalui uap merkuri. Uap merkuri berdisfusi melalui alveoli, terionisasi didarah, dan akhirnya disimpan di system saraf pusat. Merkuri dilingkungan terdapat dalam bentuk ikatan organik dan anorganik. Merkuri anorganik Merkuri anorganik dalam bentuk Hg+ dan garam merkuri (Hg+ + +). Hg + dapat menguap dan secara sempurna diserap oleh saluran pernapasan. Melalui saluran pernapasan partikel Hg+ tidak diabsorbsi secara sempurna. Hg
anorganik menembus sawar darah otak menuju keisterna saraf. Racun akibat Hg anorganik biasanya bersumber dari lingkungan kerja. Merkuri organic adalah senyawa merkuri yag terikat dengan satu logam karbon, contohnya metal merkuri. Merkuri anorganik dapat dirubah menjadi merkuri orgainik dengan bantuan bakteri anorganik, khususnya untuk memproduksi logam merkuri suatu bentuk merkuri yang mudah masuk kedalam sel dalam tubuh. Beberapa kejadian yang terjadi akibat kontaminasi air yang menyebabkan keracunan. Ikan yang dimakan terkontaminasi metilmerkuri, yang diubah oleh bakteri di dalam endapan air. Keracunan merkuri terjadi pada populasi lokal yang mengkonsumsi ikan terpajan merkuri.
Air raksa adalah metal yang menguap pada temperatur kamar. Karena sifat kimia-fisikanya, merkuri pernah digunakan sebagai campuran obat. Saat ini merkuri banyak digunakan di dalam industri pembuatan amalgam, perhiasan, instrumentasi, fungisida, bakterisida, dan lain-lainya. Hg merupakan racun sistemik dan diakumulasi di hati, ginjal, limpa, dan tulang. Oleh tubuh Hg diekresikan lewat urine, keringat, saliva, dan air susu. Keracunan Hg akan menimbulkan gejala susunan saraf pusat (SSP) seperti kelainan kepribadian dan tremor, konvulsi, pikun, insomnia, kehilangan kepercayaan diri, iritasi, depresi, dan rasa ketakutan. Gejala gastero-intestinal (GI) seperti stomatitis, hipersalivasi, colitis, sakit pada mengunyah, ginggivitis, garis hitam pada gusi (leadline), dan gigi yang mudah melepas. Kulit dapat menderita dermatitis dan ulcer. Hg yang organik cenderung merusak SSP (tremor, ataxia, lapangan penglihatan menciut, perubahan kepribadian), sedangkan Hg anorganik biasanya merusak ginjal, dan menyebabkan cacat bawaan. Racun dari lingkungan udara, air, tanah, dan lainnya dapat masuk ke dalam biota. Keracunan akut timbul dari inhalasi dalam konsentrasi tinggi uap atau debu merkuri. Pneumonitis interstitalis akut, bronkitis dan brokiolitis dapat timbul pada inhalasi uap merkuri secara akut. Jika konsentrasi uap merkuri cukup tinggi, pajanan menimbulkan dada terasa berat, nyeri dada, kesulitan bernapas, batuk. Pada ingesti menimbulkan gejala rasa logam, mual, kadang-kadang albuminuria. Kematian dapat timbul kapan saja. Dalam tiga atau empat hari kelenjer liur membengkak, timbul gingivitis, gejala-gejala gastroenteritis dan nefritis muncul. Garis gelap merkuri sulfida dapat terbentuk pada gusi meradang, gigi dapat lepas, dan ulkus terbentuk pada bibir dan pipi. Pada kasus sedang, pasien dapat mengalami perbaikan dalam satu sampai dua minggu. Pada lebih berat akan berkembang gejala-gejala psikopatologi dan tremor otot, ini akan menjadi tipe kronik dan gejala kerusakan neurologi dapat menetap. Pada umumnya kasus kasus akut pajanan terjadi pada konsentrasi 1,2-8,5 mg/m3. Toksisitas merkuri pada ginjal dapat timbul dengan tanda awal proteinuria dan oliguri sebagai gagal ginjal. Pajanan alkil merkuri onsetnya timbul secara perlahan tetapi progresif pada sistem saraf, dengan gejala awal berupa rasa kebas pada ektremitas dan bibir. Kehilangan kontrol koodinasi dengan tungkai, ataxia, tremor, dan kehilangan pergerakan yang baik. Pengurangan lapangan pandang, kehilangan pendengaran sentral, kekuan otot, spastik dan refleks tendon yang berlebihan dapat juga terjadi.
Berikut ini kami tampilkan bagan pengolahan emas tanpa izin yang secara sederhana dan solusinya terhadap pencemaran lingkungan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar