Teluk KAO merunpakan wilayah yang
terletak di wilayah bagian utara dataran Halmahera.
Wilayah di pesisir teluk KAO merupak wilayah yang langsung menampung limbah akibat penambangan emas tanpa izin (peti) di
teluk kao sehingga daerah ini cukup rawan
terhadap pencemaran. Salah satu masalah yang paling meresahkan bagi
masyarakat di sekitar lokasi PETI adalah penggunaan bahan berbahaya beracun
(B3) yaitu; merkuri (Hg). Penggunaan merkuri sebagai bahan untuk mengikat dan
pemisah biji emas dengan pasir, lumpur dan air yang tidak dikelola dengan baik
akan membawa dampak bagi penambang emas maupun masyarakat sekitar lokasi PETI,
dimana merkuri yang sudah dipakai dari hasil pengelolaan biji emas biasanya
dibuang begitu saja di badan sungai dan konsekuensinya badan sungai teluk kao
menjadi tempat wadah penampungan.
Sebagaimana yang tertulis dalam Peraturan pemerintah
(PP) Republik Indonesia No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air. Dalam PP tersebut dicantumkan suatu ketentuan umum
yang berhubungan dengan pencemaran air. Ketentuan umum tersebut antara lain
memuat difinisi pencemaran air, baku mutu air, baku mutu limbah cair dan beban
serat daya tampung beban pencemaran air. Peraturan Pemerintah (PP) tersebut
memuat juga perihal inventarisasi kualitas dan kuantitas air, penggolongan air,
upaya pengendalian, perijinan, pengawasan dan pemantauan, Pembiayaan
inventarisasi dan pengawasan pencemaran air, sangsi pelanggaran dan ketentuan
peralihan. Pengolahan
biji emas tanpa izin menggunakan bahan merkuri, cyianida, air keras untuk memisahkan
emas dari endapan sedimen (lumpur, pasir dan air) limbahnya tidak di olah
terlebih dahulu melainkan langsung dibuang ke sungai menyuke dan hal ini akan
mengakibatkan lingkungan menjadi tercemar (air, ikan dan manusia) bahkan lebih
lanjut dapat menimbulkan akibat keracunan dan membahayakan bagi kondisi
kesehatan petambang maupun masyarakat sekitar lokasi PETI.
Sebagai gambaran disini kami uraikan apa itu merkuri
atau di daerah teluk kao di sebut air perak dan bahaya bagi kesehatan.
Merkuri
(Hg)
Air perak dalam bahasa lokal, dalam ilmu kimia di
namakan merkuri dengan nomor atom 80 dan massa atom 200 gr berbentuk cair
keperakan pada suhu kamar. Merkuri membentuk berbagai persenyawaan baik
anorganik (seperti oksida, klorida, dan nitrat) maupun organik. Merkuri dapat
menjadi senyawa anorganik melalui oksidasi dan kembali menjadi unsure merkuri
(Hg) melalui reduksi. Merkuri anorganik menjadi merkuri organik melalui kerja
bakteri anaerobic tertentu dan senyawa ini secara lambat berdegredasi
menjadi merkuri anorganik. Merkuri mempunyai titik leleh-38,87 dan titik didih
35,00C. Produksi air raksa diperoleh terutama dari biji sinabar (86,2 % air
raksa). Salah satu cara melalui pemanasan biji dengan suhu 8000C dengan
menggunakan O2 (udara).
Teknik
penambangan yang di lakukan oleh masyarakat di teluk kao yaitu dengan teknik Penambangan Emas Primer .
Metode penambangan emas ini dilakukan dengan
menggali sumur atau terowongan sampai menemukan emas. Sumur/lubang yang dibuat
dapat berukuran 1.5 m x 1.5 m dengan kedalaman tergantung pada keberadaan
batuan emas tersebut. Batuan yang mengandung emas dijadikan tepung dengan Road
Mill atau tromol, kemudian hasil hancuran ini ditambahkan air raksa, Lumpur
hasil gelundungan dipisahkan dan tailing dibuang dan amalgam kemudian diperas
menggunakan kain kasa. Sisa merkuri dapat dipakai lagi dan amalgam kemudian
dipanaskan untuk menghasilkan emas murni, semua pekerjaan ini dilakukan
didarat.
Dalam rangka pengawasan dan pengendalian, pemulihan
kalitas lingkungan di Daerah teluk kao kabuten Halmahera utara provinsi malaku
utara adalah terjadinya pencemaran air yang diperkirakan sebagai akibat adanya
kegiatan Penambangan Tanpa Izin (PETI), Penebangan hutan secara ilegal,
penggunaan pestisida yang berlebihan dan kegiatan – kegiatan lainnya yang dapat
menimbulkan pencemaran terhadap badan air Sungai di sekitar teluk kao yang pada
akhirnya menuju ke laut Keadaan inilah yang perlu dicegah dan ditanggulangi
melalui beberapa cara pendekatan dalam penangananya. Hal tersebut sangatlah
penting mengingat kondisi Sumber daya alam dan kekayaan alam yang dimiliki oleh
wilaya teluk kao.
BAHAYA MERKURI BAGI KESEHATAN
Toksisitas dari merkuri dapat terjadi pada bentuk
organik maupun ionorganik. Jika merkuri inorganic ke air, merkuri tersebut
kemudian dimetilasi oleh bakteri dan selanjutnya dimakan oleh ikan yang
akhirnya dikomsumsi oleh manusia. Toksisitas merkuri inorganic terjadi dalam
beberapa bentuk. Merkuri metalik (Hg), merkuri merkorous (Hg+),
atau merkuri (Hg2+). Toksisitas dari merkuri inorganic dapat terjadi
dari kontak langsung melalui kulit atau saluran gastrointestinal atau melalui
uap merkuri. Uap merkuri berdisfusi melalui alveoli, terionisasi didarah, dan
akhirnya disimpan di system saraf pusat. Merkuri dilingkungan terdapat dalam
bentuk ikatan organik dan anorganik. Merkuri anorganik Merkuri anorganik dalam
bentuk Hg+ dan garam merkuri (Hg+ + +). Hg +
dapat menguap dan secara sempurna diserap oleh saluran pernapasan. Melalui
saluran pernapasan partikel Hg+ tidak diabsorbsi secara sempurna. Hg
anorganik
menembus sawar darah otak menuju keisterna saraf. Racun akibat Hg anorganik
biasanya bersumber dari lingkungan kerja. Merkuri organic adalah senyawa
merkuri yag terikat dengan satu logam karbon, contohnya metal merkuri. Merkuri
anorganik dapat dirubah menjadi merkuri orgainik dengan bantuan bakteri
anorganik, khususnya untuk memproduksi logam merkuri suatu bentuk merkuri yang
mudah masuk kedalam sel dalam tubuh. Beberapa kejadian yang terjadi akibat
kontaminasi air yang menyebabkan keracunan. Ikan yang dimakan terkontaminasi
metilmerkuri, yang diubah oleh bakteri di dalam endapan air. Keracunan merkuri
terjadi pada populasi lokal yang mengkonsumsi ikan terpajan merkuri.
Air raksa adalah metal yang menguap pada temperatur
kamar. Karena sifat kimia-fisikanya, merkuri pernah digunakan sebagai campuran
obat. Saat ini merkuri banyak digunakan di dalam industri pembuatan amalgam,
perhiasan, instrumentasi, fungisida, bakterisida, dan lain-lainya. Hg merupakan
racun sistemik dan diakumulasi di hati, ginjal, limpa, dan tulang. Oleh tubuh
Hg diekresikan lewat urine, keringat, saliva, dan air susu. Keracunan Hg akan
menimbulkan gejala susunan saraf pusat (SSP) seperti kelainan kepribadian dan
tremor, konvulsi, pikun, insomnia, kehilangan kepercayaan diri, iritasi,
depresi, dan rasa ketakutan. Gejala gastero-intestinal (GI) seperti stomatitis,
hipersalivasi, colitis, sakit pada mengunyah, ginggivitis, garis hitam pada
gusi (leadline), dan gigi yang mudah melepas. Kulit dapat menderita dermatitis
dan ulcer. Hg yang organik cenderung merusak SSP (tremor, ataxia, lapangan
penglihatan menciut, perubahan kepribadian), sedangkan Hg anorganik biasanya
merusak ginjal, dan menyebabkan cacat bawaan. Racun dari lingkungan udara, air,
tanah, dan lainnya dapat masuk ke dalam biota. Keracunan akut timbul dari
inhalasi dalam konsentrasi tinggi uap atau debu merkuri. Pneumonitis
interstitalis akut, bronkitis dan brokiolitis dapat timbul pada inhalasi uap
merkuri secara akut. Jika konsentrasi uap merkuri cukup tinggi, pajanan
menimbulkan dada terasa berat, nyeri dada, kesulitan bernapas, batuk. Pada
ingesti menimbulkan gejala rasa logam, mual, kadang-kadang albuminuria.
Kematian dapat timbul kapan saja. Dalam tiga atau empat hari kelenjer liur
membengkak, timbul gingivitis, gejala-gejala gastroenteritis dan nefritis
muncul. Garis gelap merkuri sulfida dapat terbentuk pada gusi meradang, gigi
dapat lepas, dan ulkus terbentuk pada bibir dan pipi. Pada kasus sedang, pasien
dapat mengalami perbaikan dalam satu sampai dua minggu. Pada lebih berat akan
berkembang gejala-gejala psikopatologi dan tremor otot, ini akan menjadi tipe
kronik dan gejala kerusakan neurologi dapat menetap. Pada umumnya kasus kasus
akut pajanan terjadi pada konsentrasi 1,2-8,5 mg/m3. Toksisitas
merkuri pada ginjal dapat timbul dengan tanda awal proteinuria dan oliguri
sebagai gagal ginjal. Pajanan alkil merkuri onsetnya timbul secara perlahan
tetapi progresif pada sistem saraf, dengan gejala awal berupa rasa kebas pada
ektremitas dan bibir. Kehilangan kontrol koodinasi dengan tungkai, ataxia,
tremor, dan kehilangan pergerakan yang baik. Pengurangan lapangan pandang,
kehilangan pendengaran sentral, kekuan otot, spastik dan refleks tendon yang
berlebihan dapat juga terjadi.
Berikut ini kami tampilkan bagan pengolahan emas
tanpa izin yang secara sederhana dan solusinya terhadap pencemaran lingkungan.