Rabu, 30 April 2014

Analisis Spektrofotometer Uv-Vis pada Optimasi Asam Fosfat untuk Pemurnian CPO dengan Proses Degumming

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
        Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya sangat penting dalam penerimaan devisa negara, penyerapan tenaga kerja serta pengembangan perekonomian rakyat. Perkebunan kelapa sawit Indonesia menunjukkan laju perluasan lahan yang meningkat setiap tahun. Sampai saat ini minyak sawit Indonesia sebagian besar masih diekspor dalam bentuk Crude Palm Oil (CPO), sedangkan di dalam negeri, sekitar 80% minyak sawit diolah menjadi produk pangan terutama minyak goreng (1).
Allah SWT., berfiman dalam Q.S. An-Nahl (16) a: 11, yang artinya "Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan." (2).
         Minyak kelapa sawit yang belum dimurnikan disebut minyak kelapa sawit kasar (CPO). Minyak sawit mentah (CPO) merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekonomi strategis karena merupakan bahan baku utama dalam pembuatan produk-produk makanan. Minyak sawit mentah CPO merupakan minyak pangan yang paling banyak diproduksi di dunia. Minyak kelapa sawit (CPO) yang dipengaruhi dari daging buah kelapa sawit (Elaeis quineensis Jacq) kaya akan oleat dan palmitat yang terikat dalam bentuk ester dengan gliserol sebagai trigliserida. Minyak kelapa sawit digunakan baik sebagai minyak yang dapat dimakan maupun bahan industri kimia, sebagai minyak yang dapat dimakan, minyak kelapa sawit diubah dalam bentuk minyak goreng (RBD olein), minyak salad, dan margarin (3,4).
         Crude Palm Oil (CPO) merupakan minyak kasar yang diperoleh dengan cara ekstraksi daging buah sawit dan biasanya masih mengandung kotoran terlarut dan tidak terlarut dalam minyak. Pengotor yang dikenal dengan sebutan gum atau getah ini terdiri dari fosfatida, protein, hidrokarbon, karbohidrat, air, logam berat dan resin), asam lemak bebas (FFA), tokoferol, pigmen dan senyawa lainnya. Adanya pengotor pada minyak akan menurunkan kualitas dan mempengaruhi penampilan fisik, rasa, bau dan waktu simpan dari minyak, sehingga harus dihilangkan melalui proses pemisahan secara fisika maupun secara kimia (5).
         Crude Palm Oil (CPO) mengandung berbagai  jenis  fosfatida  seperti  phosphatidyl choline (PC), phosphatidyl inositol (PI), phosphatidyl  ethanolamine  (PE),  phosphatidic  acid  (PA)  dan phytosphingolipids (6).
         Proses pemurnian minyak nabati pada umumnya terdiri dari 4 tahap, yaitu: (a) Proses penghilangan getah (degumming), (b) proses pemisahan asam lemak bebas (netralisasi), (c) proses pemucatan (bleaching), (d) proses penghilangan bau. Dalam penelitian ini menggunakan proses penghilangan getah (degumming) yang mempelajari acid degumming CPO dengan asam fosfat, dimana proses degumming dibedakan  menjadi  water degumming, dry degumming, enzymatic degumming, membran degumming, dan  acid degumming (5,7).
         Acid  degumming CPO  dengan  asam  fosfat dimaksudkan  untuk  memisahkan  fosfatida  yang merupakan  sumber  rasa  dan  warna  yang  tidak diinginkan. Berdasarkan  studi  pustaka, penelitian  yang membahas  tentang  degumming CPO diantaranya Ratianingsi dkk (2011) melakukan penelitian tentang proses kinetika kimia dan fisika untuk penghilangan getah Crude Palm Oil (CPO) dengan asam fosfat. You  dkk.  (2001)  melakukan penelitian tentang pengaruh proses degumming menggunakan  asam fosfat  terhadap  penurunan  kandungan  karoten  yang terdapat  dalam CPO. Peneletian ini mempelajari pengoptimasian asam fosfat dalam pemurnian CPO dengan proses degumming menggunak spektrofotometer UV-VIS (8,9,10).
I.2. Rumusan Masalah
              1. Berapa konsentrasi optimal asam fosfat pada pemurnian CPO dengan cara degumming?2. Berapa suhu optimal reaksi pada pemurnian CPO dengan cara degumming?
I.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
I.3.1. Maksuda Penelitian
         Maksud dari penelitian ini adalah unutk mengoptimasi asam fosfat dalam pemurnian CPO dengan proses Degumming.
I.3.2. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui kosentrasi optimal asam fosfat pada pemurnian CPO dengan cara    degumming.
2. Untuk mengetahui suhu optimal reaksi pemurnian CPO dengan cara degumming.
I.4. Mafaat Penelitian
        Penelitian ini diharapkan dapat member informasi dalam pemurnian minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil, CPO) dalam meningkatkan mutu dan kualitas minyak sawit yang dapat diterima oleh konsumen atau masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I.1. Kelapa Sawit

        Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.L) termasuk tumbuhan kelas Angiospermae, ordo Palmales, famili Arecaceae dan genus Elaeis. Menurut morfologinya, kelapa sawit dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (11)
Kingdom  : Plantae
Divisi        : Spermathopyta
Class        : Angiospermae
Ordo         : Monocotyledonae
Famili       : Palmae
Genus      : Elaeis
                                     Spesies   : Elaeis guinensi s Jacq
Gambar 1. Pohon kelapa Sawit (12)
        Tanaman ini berasal dari Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang mengatakan bahwa tanaman kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brasil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brasil dibanding dengan Afrika. Pada kenyataannya, tanaman kelapa sawit justru hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Indonesia, Malaysia, Thailand dan Papua Nugini, bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang lebih tinggi.  Kelapa sawit dapat tumbuh baik di daerah tropika basah antara 12oLU-12oLS pada suhu optimum sekitar  24o-28oC dengan curah hujan rata-rata 2000-2500 mm/tahun (13).
        Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monocious), artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman dan  masing-masing terangkai dalam satu tandan. Rangkaian bunga jantan terpisah dengan bunga betina.  Setiap rangkaian bunga muncul dari pangkal pelepah daun. Rangkaian bunga jantan dihasilkan dengan siklus yang berselang seling dengan rangkaian bunga betina, sehingga pembungaan secara bersamaan sangat jarang terjadi.  Umumnya di alam hanya terjadi penyerbukan silang, sedangkan penyerbukan sendiri secara buatan dapat dilakukan dengan menggunakan serbuk sari yang diambil dari bunga jantan dan ditaburkan pada bunga betina. Waktu yang dibutuhkan mulai dari penyerbukan hingga buah matang dan siap panen kurang lebih 5-6 bulan (14).
        Buah sawit berasal dari tanaman sawit (Elaeis guineensis, Jacq) terdiri dari bagian-bagian eksokarp, mesokarp, endokarp dan inti. Bagian mesokarp buah mengandung minyak yang disebut dengan minyak sawit, sedangkan dari bagian intinya dapat di peroleh minyak inti sawit. Tanaman sawit adalah tanaman berkeping satu yang termasuk dalam famili Palmae. Nama genus Elaeis berasal dari bahasa Yunani Elaion atau
minyak, sedangkan nama guineesis berasal dari kata Guines, yaitu nama tempatdimana seorang bernama Jaquin menemukan tanaman sawit pertama kali di pantai Guines di Afrika Selatan (1)
Gambar 2. Buah Sawit dan bagian-bagian dari kelapa sawit (15)

II.2. Crude Palm Oil (CPO)
        Crude  Palm  Oil  (CPO)  adalah  minyak  yang  berasal  dari  daging  buah  sawit  yang telah  melewati  tahap  perebusan  di  sterilizing  station  dan  dilanjutkan  dengan pengepresan di pressing station. Dalam daging buah sawit terdapat 43%  crude palm oil yang tersusun atas berbagai jenis asam lemak, yaitu asam palmitat (C16)  40%-46%, asam Oleat (C18-1) 39%-45%, asam linoleat (C18-2) 7%-11%, asam stearat (C18) 3,6%-4,7% dan  asam miristat  (C14)  1,1%-2,5%. Crude palm oil (CPO) mengandung asam lemak bebas  yang  relatif  tinggi  berkisar  3%-5%, sedangkan untuk  memproduksi  biodiesel  asam  lemak  bebas  harus  ≤  2%. Untuk itu, dalam penelitian ini dibutuhkan perlakuan untuk menurunkan kandungan asam lemak bebas sebelum crude palm oil  (CPO) digunakan sebagai bahan  baku biodiesel melalui  reaksi  esterifikasi.  Kadar  asam  lemak  bebas  dalam  crude  palm  oil  (CPO) dipengaruhi  oleh  tingkat  kematangan  (ripe)  dari  buah  kelapa  sawit. Semakin  lewat matang buah kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan baku, semakin tinggi pula kadar asam lemak bebas. Kenaikan kadar ALB juga  turut  dipercepat  oleh  faktor panas, H2O, keasaman dan biokatalis (16).
Gambar 3. Crude Palm Oil (CPO)

        Minyak sawit terdiri dari persenyawaan trigliserida dan  nontrigliserida.  Komponen  utama trigliserida  terdiri  dari gliserol yang berikatan dengan  asam  lemak  jenuh  dan  tidak  jenuh.  Asam lemak jenuh dengan C lebih kecil dari C pada asam laurat  C11H23COOH  bersifat  mudah  larut  dalam  airmeskipun pada suhu 100oC. Asam lemak dengan C4, C6, C8 dan C10 mudah menguap dengan adanya uap air sedangkan laurat (C12) dan miristat (C14) sedikit mudah  menguap.  Asam  berbobot  molekul  rendah (asam lemak tak jenuh) lebih mudah terlarut dalam etil alkohol  dibandingkan  asam  lemak  berbobot molekul  tinggi (asam  lemak  jenuh). Berikut ini adalah  tabel  karakteristik  dan  komposisi  minyak sawit :
Tabel 1. Karakteristik dan komposisi minyak sawit
Keterangan
Range nilai
Karakteristik
Angka iod
49,2-58,9
Angka penyabunan
200-105
Asam lemak jenuh (% berat)
Miristat
0,5-6
Palmitat
32-45
Stearat
2-7
Asam lemak tak jenuh (% berat)
Hexadeceonat
0,8-1,8
Oleat
38-52
Linoleat
5-11

        Senyawa  non  trigliserida  antara  lain: monogliserida,  digliserida,  fosfatida,  karbohidrat, turunan  karbohidrat,  protein  dan  bahan-bahan  berlendir  atau  getah  serta  zat-zat  berwarna  yang  memberikan  warna  serta  rasa  dan  bau  yang  tidak diinginkan.  Dalam  proses  pemurnian  dengan penambahan  alkali  (proses  penyabunan)  beberapa senyawa  nontrigliserida  ini  dapat  dihilangkan, kecuali  beberapa  senyawa  seperti  karoten,  xantofil, tokoferol,  sterol dan  fosfatida. Minyak  sawit terdiri
dari  0,2-1%  berat  bahan  tak  tersabunkan,  termasuk zat warna karoten 0,05-0.2%, tokoferol 0,003-0,11% dan sisanya sterol, fosfolipid dan alcohol (17).
        Sementara syarat mutu minyak kelapa sawit menurut badan standarisasi nasional seperti pada table 2 berikut: (18)

Tabel 2. Syarat Mutu Minyak Kelapa Sawit Mentah
No.
Kriteria uji
Satuan
Persyaratan Mutu
1
Warna
-
Jingga kemerahan
2
Kadar air dan Kotoran
%, fraksi massa
Maksimal 0,5
3
Asam Lemak bebas (sebagai asam palmitat)
%, fraksi massa
Maksimal 0,5
4
Bilangan yodium
G yodium/100 g
50-55

        Berikut adalah bagaimana proses pengolahan yang terjadi pada buah kelapa sawit sampai menghasilkan CPO seperti pada gambar 4 berikut ini (8).
Gambar 4. Proses pengolahan CPO

II.3.1. Penghilangan Getah (Degumming)
        Degumming adalah  salah  satu  proses  pemurnian  minyak  kelapa sawit untuk memisahkan getah atau lendir tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam minyak tersebut. Getah atau lendir tersebut terdiri dari
fosfolipid,  protein,  residu,  karbohidrat,  air,  dan  resin.  Biasanya  proses
degumming dilakukan dengan cara dehidratasi getah atau lendir  supaya bahan tersebut mudah terpisah dari minyak (19).
Prose degumming dibedakan menjadi 6 jenis yaitu (8):
a.  Water Degumming
        Water Degumming adalah proses menghilangkan getah melalui pengendapan oleh hidrasi air murni minyak mentah dengan pemisahan sentrifugal. Metode ini digunakan pada ekstraksi gum untuk produksi lesitin, minyak kedelai dan minyak mentah dengan kandungan fosfor 200 ppm. Dalam proses ini, air adalah agen utama yang digunakan untuk menghapus hydratable fosfatida dari minyak nabati dan dapat dilakukan dalam batch atau prosedur terus menerus, tergantung pada jenis minyak yang akan didegummed dan jumlah minyak yang akan diproses.
b.  Dry Degumming
        Proses degumming kering melibatkan penghilangan getah melalui pengendapan dengan kondisi asam dan melalui filtrasi selama proses pemutihan, tidak melalui pemisahan secara sentrifugal. Proses ini digunakan untuk minyak fosfatida yang rendah seperti kelapa sawit, minyak yang laurat, dan cocok digunakan untuk pemurnian fisik minyak berikutnya.
c.  Enzymatic Degumming
        Degumming enzimatik adalah degumming khusus yang ditingkatkan dengan menggunakan beberapa food grade enzim. Jenis minyak yang menggunakan metode ini proses adalah minyak kedelai dan minyak lobak. Keuntungan dari degumming enzimatik ada ketersedian sabun yang diproduksi sehingga tidak ada kerugian minyak karena pemisahan ketersediaan penyabunan.
d.  Membrane degumming
        Proses degumming Membran biasanya digunakan di pabrik ekstraksi. Pemisahan membran adalah ukuran eksklusi berbasis proses tekanan-driven. Ini memisahkan komponen yang berbeda sesuai dengan molekul beban atau partikel ukuran dan bentuk dari komponen individual dan tergantung pada interaksi mereka dengan permukaan membran dan komponen lain dari campuran.
Selama pengolahan minyak, miscella, yang mengandung  25-30% minyak mentah dan 70-75% heksana diperoleh dari ekstraksi sebelum penghapusan pelarut. fosfolipid dapat dipisahkan dari trigliserida dalam tahap miscella menggunakan membran yang sesuai.
a.  EDTA degumming
        EDTA degumming adalah proses degumming fisiko-kimia. Ini melibatkan penghilangan yang lengkap dari fosfolipid, Etilen Diamin Tetraacetic Acid (EDTA), di depan aditif pengemulsi.
b.  Acid Degumming
        Dalam proses degumming asam, gum dipicu oleh beberapa bentuk asam dan selanjutnya dihilangkan dengan pemisahan secara sentrifugal. Dalam hal metode ini, gusi dapat terhidrasi pada suhu lebih tinggi dari 400C dan proses dapat menyebabkan beberapa dewaxing yang biasanya berhubungan dengan pengolahan bunga matahari dan minyak dedak padi. Dalam proses penyulingan organik, asam sitrat biasanya digunakan dan penghilangan sisa fosfatida adalah dengan pemutihan menggunakan silika hidrogel.
        Asam fosfat dan asam sitrat biasa digunakan pada proses  degumming karena layak untuk makanan, dan dapat mengikat logam berat. Asam fosfat sebagai degumming agent sangat baik digunakan dalam proses  pemurnian  minyak  kelapa  sawit.  Jika  dosis  asam  fosfat  yang digunakan  terlalu  tinggi,  kandungan  senyawa  fosfat  dalam  minyak juga tinggi sehingga tidak bisa dihilangkan pada proses  bleaching. Dosis asam fosfat yang digunakan saat degumming adalah  0,05 hingga 0,2% (b/b) dari umpan minyak kelapa sawit kasar. Konsentrasi asam fosfat yang digunakan adalah 85%. Asam fosfat  dapat  berfungsi  sebagai  pengikat  getah  dan  juga  berfungsi  sebagai senyawa  pengkelat. Asam  sitrat  ditambahkan  sebagai  degumming  agent berfungsi sebagai  pengurai  fosfatida yang tidak  terhidratasi. Asam  sitrat  berfungsi sebagai  penstabil  dan  pengawet  minyak  goreng  dengan  cara  mengkelat logam-logam yang dapat menurunkan kualitas minyak. Kandungan logamlogam  tersebut  dapat  bertindak  sebagai  katalis  dalam  oksidasi  minyak (19).
II.3.2. Netralisasi
        Netralisasi adalah salah satu proses pemurnian minyak kelapa sawit untuk menghilangkan asam lemak bebas pada minyak tersebut. Netralisasi dilakukan dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan kaustik soda atau pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun. Asam  lemak  yang  terkandung  dalam  minyak  kelapa  sawit  berasal dari hasil reaksi hidrolisis trigliserida. Pada reaksi hidrolisis, minyak diubah menjadi   asam-asam  lemak  bebas  dan  gliserol.  Reaksi  hidrolisis  terjadi karena  terdapatnya  sejumlah  air  pada  minyak  tersebut.  Reaksi  ini  dapat menyebabkan  ketengikan  yang  menghasilkan  rasa  dan  bau  tengik  pada minyak (20).
II.3.3. Pemucatan (Bleaching)
        Pemucatan adalah  proses untuk memisahkan sebagian pigmen yang tidak diinginkan dengan menggunakan pemucat, kemudian  dipisahkan  dari  minyak  dengan  cara  disaring.  Tanah pemucat  banyak  digunakan  karena  sifatnya  yang  efektif  dalam mengadsorpsi zat warna alami dan hasil degradasi zat warna tersebut, serta dapat menguraikan peroksida yang terdapat dalam minyak. Hasil degradasi zat warna tersebut  merupakan  suspensi  koloidal  yang membuat  minyak keruh. Tanah  pemucat  yang  sebelumnya  berwarna  putih kelabu  berubah menjadi hitam karena sifat penyerapan tersebut (21).
II.3.4. Proses  Deodorasi
        Proses deodorisasi bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa dan bau yang tidak dikehendaki dalam minyak untuk makanan. Senyawa-senyawa yang menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak tersebut biasanya berupa senyawa karbohidrat tak jenuh, asam lemak bebas dengan berat molekul rendah, senyawa-senyawa aldehid dan keton serta senyawa-senyawa yang mempunyai volatilitas tinggi lainnya. Kadar senyawa-senyawa tersebut di atas, walaupun cukup kecil telah cukup untuk memberikan rasa dan bau yang tidak enak, kadarnya antara   0,001-0,1 % (22).
II.4. Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel (UV-Vis)
        Spektrofotometri UV-Vis merupakan salah satu teknik analisis spektroskopi yang memakai  sumber  radiasi  eleltromagnetik  ultraviolet  dekat  (190-380)  dan  sinar  tampak (380 - 780) dengan memakai instrumen spektrofotometer. Spektrofotometri UV-Vis  melibatkan energi elektronik  yang cukup besar pada molekul yang  dianalisis, sehingga  spektrofotometri  UV-Vis  lebih banyak  dipakai  untuk  analisis kuantitatif ketimbang kualitatif. Spektrofotometer UV-Vis dapat melakukan  penentuan  terhadap  sampel  yang berupa  larutan,  gas, atau uap. Untuk  sampel  yang  berupa  larutan  perlu  diperhatikan pelarut yang dipakai antara lain: (23)
1.    Pelarut  yang  dipakai  tidak  mengandung  sistem  ikatan  rangkap  terkonjugasi  pada struktur molekulnya dan tidak berwarna.
2.    Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis.
3.    Kemurniannya harus tinggi atau derajat untuk analisis.
II.5. Asam Fosfat
        Ada 3 (tiga) jenis asam fosfat yang dikenal orang, yaitu: asam orto fosfat (H3PO4), asam pirofosfat (H42O7) dan asam metafosfat (HPO4). Ortofosfat adalah paling stabil dan paling penting (zat-zat ini sering disebut fosfat saja), larutan pirofofat dan metafosfat berubah menjadi ortofosfat perlahan-lahan pada suhu biasa, dan lebih cepat dengan didihan. Asam otorofosfat adalah asam berbasa tiga yang membentuk tiga deret garam. Ortofosfat primer, misalnya NaH3PO4; ortofosfat sekunder, misalnya Na2HPO4; dan ortofosfat tersier Na3PO4. Setiap senyawa fosfat terdapat dalam bentuk terlarut, tersuspensi atau terikat dalam sel organism air. Dalam air limbah senyawa fosfat dapat berasal dari limbah penduduk, industri dan pertanian (24). 
BAB III
METODE PENELITIAN

III.1. Alat Penelitian

        Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat gelas yang umum digunakan di dalam laboratorium kimia,sentrifius, reaktor bact (labu leher tiga), water bath, thermometer, hot plate, pengaduk magnet (stirrer) dan spektrophotometer Uv-Vis.
Gambar 5. Rangkaian Alat Penelitian (1) Labu Leher Tiga, (2) Pengaduk, (3) Termometer, (4) Tabung Destilasi, (5) Hot Plate, (6) Water Bath, (7) Klem, (8) Standart Buret
III.2. Bahan Peneletian
        Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Crude Palm Oil (CPO) yang diperoleh dari daerah Malili, Luwu Timur, Sulawesi Selatan., larutan HNO3 p.a, HPO4 p.a, NH4VO3, (NH42MoO4, KH2PO3, H2SO4 p.a dan aquadest.
III.3. Waktu dan Tempat Penelitian
        Penelitian ini dilaksanakan mulai April sampai Mei 2014 di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makassar.

III.4. Prosedur Kerja
III.4.1. Proses Degumming CPO dengan Menggunakan Asam Fosfat
        Penelitian diawali dengan memasukkan 100 ml CPO dan asam fosfat  1,5, 2,0 dan 2,5 % volume (sebagai variabel konsentrasi asam fosfat) ke dalam reaktor batch. Kemudian proses degumming dijalankan dengan variabel suhu: 60, 70, 80 dan 90 0C dengan kecepatan pengadukan 200 rpm selama 2 jam. Diambil sampel sebanyak 10 ml. Sampel kemudian disentrifugasi selama 30 menit dan dipisahkan endapan gum dari minyak.
III.4.2. Penyiapan Sampel Uji
        Minyak CPO yang telah disentrifius ditimbang sebnyak 5 gram didalam gelas piala 150 mL. Kedalam gelas piala ditambahkan 20 mL HNO3 p.a, kemudian didihkan selama 5 menit. Selanjutnya didinginkan dan ditambahkan 5 mL H2SO4 p.a. Larutan dipanaskan dan ditambahkan dengan penambahan HNO3 sampai larutan tidak berwarna, kemudian dilanjutkan dengan pemanasan hingga timbul asap putih dan didinginkan. Kemudian ke dalam gelas piala ditambahkan 15 mL aquadest dan didihkan lagi selama 10 menit. Setelah dingain, dipindahkan ke dalam labu takar 250 mL. Gelas piala dibilas sampai bersih dan air bilasan dimasukkan ke dalam labu takar. Selanjutnya larutan dalam labu takar diencerkan sampai tanda tera dengan aquadest.
III.4.3. Pembuatan Larutan Induk Molibdat-Vanadat
        Sebanyak 20 gram (NH4)2MoO4  dilarutkan dalam 400 ml aquadest hangat (500C) dan didinginkan. Sebanyak 1 gram NH4VO3 (amonium meta vanadat) dilarutkan dalam 300 mL aquadest mendidih kemudian didinginkan. Selanjutnya ke dalam larutan NH4VO3 ditambahkan 140 mL HNO3 p.a sambil diaduk. Larutan (NH4)2MoO4 dimasukkan ke dalam larutan NH4VO3 dan diaduk, kemudian diencerkan sampai volume 1 liter dengan aquadest.
III.4.4. Pembuatan larutan fosfat standard an kurva standar
Sebanyak 3,834 gram KH2PO3 dilarutkan dalam aquadest dan diencerkan sampai volume 1 liter. Kemudian sebanyak 25 mL larutan tersebut dimasukkan ke dalam labu takar 250 mL dan diencerkan sampai tanda tera (1 ml = 0,2 mg P2O5). Masing-masing sebanyak 0, 25 mL, 5 mL,  10 mL, 20 mL, 30 mL, 40 mL dan 50 mL larutan fosfat standar dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL dan masing-masing ke dalam labu takar ditambahkan 25 ml pereaksi vanadat-molibdat. Kemudian masing-masing labu takar diencerkan sampai volume 100 mL dengan aquades. Masing-masing labu takar mengandung 0,5 mg, 1 mg, 2 mg, 4 mg, 6 mg, 8 mg dan 10 mg P2O5/ 100 mL.
III.4.5. Penetapan Konsentrasi Asam Fosfat dengan Variasi Suhu
            Menggunakan Metode Spektrofotometer
        Sebanyak 10 mL larutan sampel siap uji dimasukkan dalam labu takar 100 mL, kemudian ke dalam labu takar ditambahkan 40 mL aquadest dan 25 mL pereaksi vanadat-Molibdat dan diencerkan sampai tanda tera. Larutan didiamkan selama 10 menit, kemudian diukur absorbansinya dengan spektrofotometer Uv-Vis untuk mendapatkan hasil.

DAFTAR PUSTAKA


1.  Sumarna.,D. 2006. Kajian Proses Degumming CPO (Cruide Palm Oil) dengan menggunakan membran Ultrafiolet. Bogor. Hal 2-5. 
2.  Anonim. QS. An-Nahl (16) a: 11. Kementrian Agama Republik Indonesia. Jakarta. 
3.  Alfian, Z. 2006. Perbandingan Hasil Analisis Beberapa Parameter Mutu Pada Crude Palm Olein Yang Diperolehdari Pencampuran Cpo Dan Rbd Palm Olein Terhadap Teoretis. Departemen Kimia FMIPA, Universitas Sumatera Utara. Medan.
4.  Haryono, Muhammad Ali, Wahyuni. 2012. Proses Pemucatan Minyak   Sawit Mentah dengan Arang Aktif. Jurnal. Berkala Ilmiah Teknik   Kimia Vol 1, No 1, April 2012. Hal 7-8. 
5.  Zufarov, O., Sekretar, S. and Schmidt,S., (2008), Degumming of Rapeseed and Sunflower Oil, Acta Chimica Slovaca, Slovak University of Technology, 1, pp. 321-328. 
6.  Sumarna.,D. 2007. Keuntungan Proses Wet Degumming Dibanding Dry Degumming Pada Pemurnian Minyak Sawit Kasar. Jurnal Teknologi Pertanian. Universitas Mulawarman. 
7.  Copeland,  D.  and  Maurice,  B.W.,  (2005),  Vegetable Oil Refining, U.S. Patent 6844458. 
8.  Madya, M.N.A. dan Aziz, M.M.K, (2006), Process Design in Degumming and Bleaching of Palm Oil, Centre of Lipids Engineering and Applied Research (CLEAR), Universiti Teknologi Malaysia, Vote No.74198. 
9.  Ristianingsih, Yuli., Sutijen.,Budiman, Arif,.2011. Studi kinetika Proses kimia dan Fisika Panghilang Getah CPO dengan Asam Fosfat.Yogyakarta. Hal 243,244. 
10. You, L.L., Baharin, B.S., Che Man, Y.B., dan Takagi, S.,  (2001),  Effect  of Degumming Process on Chromatographic Separation of Carotenes from Crude and Degummed Palm Oil,  J  Food  Lipids,  8,  Issue 1, pp. 27-35. 
11.  Siregar., R.,G., 2011. (Online) http://google.com/245617/873.pdf. diakses 14 Maret. 2014. 
12.  Anonim. 2014. Gambar Pohon Kelapa Sawit (online) http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa_sawit. diakses 6 April 2014. 
13. Fauzi, 2004. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta.
14. Kamila, S. 2012. Kajian Pengaruh Periode Simpan Pasca Pematahan Dormansi Dan Efek Pemanasan Ulang Terhadap Viabilitas Benih Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq, L). Tesis. Program Studi Magister Agroekoteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan. 
15. Anonim. 2014. Bagian-bagian dari buah kelapa sawit. http://daunhijau.com/category/kelapa-sawit/bagian-bagian-dari-kelapa-sawit/ diakses 12 April 2014. 
16. Kurniasih. E. 2013. Produksi Biodiesel Dari Crude Palm Oil  Melalui Reaksi Dua Tahap. Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe. Aceh. 
17. Budhikarjono K. 2007. Perbaikan Kualitas Minyak Sawit Sebagai Bahan Baku Sabun Melalui Proses Pemucatan Dengan Oksidasi. Jurnal Teknik Kimia Vol.1, No.2. 
18. Anonim. 2006. SNI 01-2901-2006 Minyak Kelapa Sawit Mentah (Crude palm oil). Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. 
19. Deni, S. 2009. Desain Reduksi Kandungan Logam Berat (Fe, Cu, Dan Pb) Pada Pemurnian Minyak Kelapa Sawit. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. 
20. Ketaren, S. 2005. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. 
21. McClements, D. J. 2008. Analysis of Lipid. Diperoleh dari http://wwwunix. oit.umass.edu/~mcclemen/581Lipids.html. Diakses 12 Maret 2014. 
22. Hartiyana., F. 2012. Proses Pembuatan Minyak Goreng dari kelapa Sawit. http://biecantik.blogspot.com/2012/09/proses-pembuatan-minyak-goreng-dari.html diakses 18 Januari 2014. 
23. Fitriyani. 2001. (Online) http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/14/jhptump-a-fitriyani-662-2-babii.pdf diakses tgl 5 Maret.
 24. Saragih. R. T.P. (2009). Penentuan Kadar Fosfat Pada Air Umpan 
           Recovery  Boiler Dengan Metode Spektrofotometri Uv-Vis Di
           Pt.Toba Pulp Lestari, Tbk – Porsea
. Karya Ilmiah. Universitas
          Sumatera Utara. Medan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar