Armada perang AS di
pangkalan militer Morotai, September 1944 (Foto:US ARMY)
Belum
tuntas dengan jelas tentang kedaulatan
pemerintah RI atas Free Port yang membentengi diri mereka - atas kawasan industri tambang emasnya -
yang sedemikian ekslusif. Sehingga rakyat Indonesia selama ini menengarai
keberadaan Free Port layaknya seperti negara dalam negara. Bahkan keberadaan
Laboratorium Biologi militer AS – Namru 2 atau IUC – di jantung ibukota RI, di
jalan Percetakan Negara, Salemba, Jakarta, masih tak terjamah oleh pemerintah
RI, khususnya oleh Kementerian Kesehatan RI. Kini ada rencana pembangunan
museum Perang Dunia II di Morotai, Maluku Utara.
Luput
dari perhatian media massa lokal mau pun internasional. Sail Morotai 2012,
Maluku Utara, yang diselenggarakan pada 11-15 September 2012 lalu, dan di buka
oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono pada pukul 10.00 WITA. Dihadiri oleh
para diplomat duta besar dari negara-negara sahabat, para veteran Perang Dunia
II dari Australia dan Amerika. Berbagai acara spektakuler, mulai dari aneka
tari-tarian, terjun payung, hingga parade kapal-kapal perang dan kapal pesiar
dari berbagai negara memeriahkan acara ini..
Sail
Morotai, konon dirancang sebagai media promosi sekaligus tempat parwisata
bahari dan sejarah, di Maluku Utara, untuk meningkatkan kunjungan wisatawan
lokal maupun manca negara ke Indonesia khususnya kawasan Timur Indonesia.
Aktivitas bongkar persediaan
pasukan AS di Morotai, September 1944 (Foto:US ARMY)
Di
Pulau Morotai masih banyak terdapat sisa-sisa alat-alat militer sekutu
peninggalan era Perang Dunia II, baik itu sisa-sisa kendaraan perang darat,
meriam, tank, pesawat terbang, hingga kapal laut yang karam, bahkan bom-bom,
ranjau dan amunisi bahan peledak di dalam laut.
Masyarakat
setempat, banyak menggunakan besi dari sisa-sisa alat perang ini untuk berbagai
keperluan, seperti pagar rumah, membuat alat perkakas rumah tangga dan
sebagainya. Sehingga pihak pemerintah Amerika Serikat (AS), berniat untuk
“menyelamatkan” barang-barang bersejarah tersebut dengan mengutarakan keinginan
untuk membangun museum Perang Dunia II di Morotai.
Pembangunan
museum ini, selain akan memamerkan alat-alat militer dan situasi era Perang
Dunia II, juga termasuk perbaikan bandara militer bekas pangkalan udara AS dan
pelabuhan militer bekas armada laut AS. Dan di rancang agar dapat digunakan
oleh pesawat terbang dan kapal laut yang akan berkunjung ke wilayah tersebut
sebagai objek wisata.
Pelita
online, 22 Oktober, mendapat bocoran dari seorang diplomat dari negara sahabat
– yang menolak di sebut namanya – bertanya kepada diplomat dari negara lain:
“Kenapa negaranya menarik diri berinvestasi di Morotai?” Lalu di jawab oleh
koleganya: “Bagaimana kami ingin investasi di sini, sarana transportasinya
sangat sulit, mau kemana-mana jauh, jauh dari ibukota RI, Jakarta. Kalau
Gubernur dan Bupati Morotai tentu saja senang dengan masuknya modal asing di
sini.”
Yang
menjadi pertanyaan tak terungkap adalah,
kenapa AS sangat bersemangat untuk membuat museum di sana? Hingga memunculkan
banyak presepsi dan pandangan penuh kecurigaan. Bahkan ada pula diplomat asing
yang nyeletuk : “Berkedok museum, AS akan hidupkan pangkalan militer di Morotai,
Maluku Utara” ujar mereka polos kepada seorang diplomat dari kedutaan besar AS
untuk Indonesia .
Mungkinkah
AS akan kembali menghidupkan pangkalan militer di Morotai dengan berkedok
sebagai museum? Bisa ya bisa tidak. Terlepas dari kebenaran rumor itu, kita
harus tetap waspada, AS tetaplah AS, dimana ia bercokol, disitu terdapat
kepentingannya.
Yang
menjadi pertanyaan tak terungkap adalah,
kenapa AS sangat bersemangat untuk membuat museum di sana? Hingga memunculkan
banyak presepsi dan pandangan penuh kecurigaan. Bahkan ada pula diplomat asing
yang nyeletuk : “Berkedok museum, AS akan hidupkan pangkalan militer di Morotai,
Maluku Utara” ujar mereka polos kepada seorang diplomat dari kedutaan besar AS
untuk Indonesia .
Mungkinkah
AS akan kembali menghidupkan pangkalan militer di Morotai dengan berkedok
sebagai museum? Bisa ya bisa tidak. Terlepas dari kebenaran rumor itu, kita
harus tetap waspada, AS tetaplah AS, dimana ia bercokol, disitu terdapat
kepentingannya.
Sumber: http://www.artileri.org