Kasus
di Libya dan Syiria hampir sama dengan kasus Timor Timur, dengan alasan HAM,
Demokrasi dan PBB akhirnya Timor Timur Lepas dari Indonesia. Dibawah tekanan
Australia, Amerika dan PBB atas nama HAM dan Demokrasi, akhirnya pemerintah
saat itu tidak sanggup lagi menghadapi tekanan politik yang bertubi-tubi dari
para penjajah Kapitalis yang mengincar minyak di celah Timor.
Begitu
juga dengan Libya dan sejumlah negara di dunia khususnya di Timur Tengah,
dengan alasan HAM, AS dan sekutunya menyerang pemerintahan Khadafi padahal
ujung-ujungnya ingin menguasai minyak di Libya.
Skenario
AS menyerang Libya dan Timur Tengah sudah dirancang dari awal.
Karena
semua negara tersebut terdapat sumber minyak bumi yang besar.
Kabar
Papua menjadi target AS berikutnya sudah beredar di kalangan intelejen.
Sebuah
sumber di lingkungan Departemen Luar Negeri mengungkap adanya usaha intensif
dari beberapa anggota kongres dari Partai Demokrat Amerika kepada Organisasi
Papua Merdeka (OPM) untuk membantu proses ke arah kemerdekaan Papua secara
bertahap.
Karena
dengan tampilnya Presiden Barack Obama di tahta kepresidenan Gedung Putih,
praktis politik luar negeri Amerika amat diwarnai oleh haluan Partai Demokrat
yang memang sangat mengedepankan soal hak-hak asasi manusia.
Karena
itu tidak heran jika Obama dan beberapa politisi Demokrat yang punya agenda
memerdekakan Papua lepas dari Indonesia, sepertinya memang akan diberi angin.
Beberapa
fakta lapangan mendukung informasi ini, sumber kami di Departemen Luar Negeri
tersebut.
Betapa
tidak, dalam dua bulan terakhir ini, US House of Representatives, telah
mengagendakan agar DPR Amerika tersebut mengeluarkan rancangan Foreign Relation
Authorization Act (FRAA) yang secara spesifik memuat referensi khusus mengenai
Papua.
Kalau
RUU ini lolos, berarti ada beberapa elemen strategis di Washington yang memang
berencana mendukung sebuah opsi untuk memerdekakan Papua secara bertahap.
Dan
ini berarti, sarana dan perangkat yang akan dimainkan Amerika dalam menggolkan
opsi ini adalah, melalui operasi intelijen yang bersifat tertutup dan
memanfaatkan jaringan bawah tanah yang sudah dibina CIA maupun intelijen
Departemen Luar Negeri Amerika.
Karena
itu, Departemen Luar Negeri RI haruslah siap dari sekarang untuk mengantisipasi
skenario baru Amerika dalam menciptakan aksi destabilisasi di Papua.
Berarti,
Departemen Luar Negeri harus mulai menyadari bahwa Amerika tidak akan lagi sekadar
menyerukan berbagai elemen di TNI maupun kepolisian untuk menghentikan adanya
pelanggaran-pelanggaran HAM oleh aparat keamanan.
Campur
tangan Amerika dengan skenarionya berusaha agar Papua lepas dari NKRI. Amerika
tentu punya alasan agar Papua lepas dari Indonesia, Papua adalah mutiara hitam
dari timur, sebuah tanah yang kaya raya, dengan kekayaan alam yang luar biasa
banyaknya serta kandungan emas di bukit Freeport yang melimpah membuat para
Kapitalis penajajah serakah ngiler dibuatnya.
Padahal
kalau kita tahu pembagian royalty Freeport Indonesia hanya mendapat 1%,
sedangkan asing mendapat 99%. sungguh lucu yah.
Dimana
pada saat itu semua kekayaan alam Indonesia mulai dikuras habis akibat
perjanjian-perjanjian yang “timpang” pada zaman Indonesia menganut sistim
kapitalis pada masa awal itu.”
Semua
ini akibat perjanjian-perjanjian pertambangan pada masa lalu. Perjanjian
pertambangan juga tak mungkin hanya berlaku untuk beberapa tahun mendatang,
namun bisa berlaku selama puluhan tahun atau bahkan selama seabad kedepan!
Lalu,
siapakah yang membuat semua perjanjian itu? Jelas Presiden Indonesia. Siapakah
presiden Indonesia pada masa lalu tersebut?? Andalah yang tahu, karena anda
juga mempelajari sejarah presiden-presiden bangsa ini bukan???
Alasan
utama yang menjadi isu pemisahan Papua dari NKRI adalah kemiskinan, pemerintah
Indonesia yang tidak mampu mengentaskan kemiskinan di Papua menyebabkan isu-isu
sparatis berkembang.
Kemiskinan
Papua adalah salah satu akibat dari sistem Kapitalisme yang diterapakan di
Indonesia, emas Papua yang seharusnya mampu memakmurkan rakyat Papua justru
dirampok oleh Freeport dan perusahaan asing milik Kapitalis Penjajah.
Anehnya,
padahal penduduk Papua hanya sekitar 2 juta jiwa saja dan dana APBD pertahunnya
bernilai trilyunan rupiah!! Melebihi kebanyakan propinsi-propinsi lain di
Indonesia. Lalu, kemana uang segitu banyaknya pergi? Banyak yang menduga banya
pejabat-pejabat di wilayah Papua sendiri yang “mengambilnya”.
Ini
terbukti dari minimnya sarana dan prasarana yang nyata untuk rakyat Papua
disana, seperti puskesmas, stok sembako, dan sejenisnya yang tetap langka. juga
minimnya jembatan penghubung, pengaspalan jalan dan masih banyak lainnya.
“Masa
tukang cangkul hasilnya jauh lebih banyak dari yang punya tanah."
Isu-isu HAM dan Demokrasilah yang
sedang dikembangkan oleh Amerika Serikat agar Papua bisa lepas dari NKRI,
dengan isu ini diharapkan akan terjadi referendum bagi tanah Papua.
Yang
selanjutnya, akan mengantarkan Papua ke arah pemisahan diri dari NKRI dan akan diperas
habis-habisan oleh para negara dan kaum elite dunia, raja-raja eropa, pengusah
multibillon dunia, para kartel minyak, kartel kayu, kartel mineral dan semua
yang haus darah, haus minyak dan haus harta, kelompok elite dunia, the
Bilderberg.
Warga
papua yang selama ini dihasut dengan penyebaran para agen yang kadang
menunggangi dan berkedok agama dengan menyamar sebagai misionaris, secara
perlahan-lahan tapi pasti akan menjalani politik benci kepada negaranya
sendiri! yaitu Indonesia.
Rakyat
disana harusnya jauh lebih bangga menjadi warga negara Indonesia, mereka
mempunyai hak tak hanya di pulau Papua, tapi juga mempunyai HAK YANG SAMA dari
kota Sabang, Aceh hingga Merauke. Begitu luasnya tanah warga dan rakyat Papua
dibandingkan hanya pulau itu sendiri.
Ini
berawal dari ditemukannya emas, tembaga dan lainnya.
Ahli
geologi AS dan sekutunya pun datang, mereka telah merahasiakan adanya emas di
Papua.
Para
peneliti barat dalam laporannya hanya menemukan tembaga. Padahal tembaga adalah
salah satu jenis “emas mentah” yang jika dicari lebih dalam akan ada emas yang
sebenarnya.
Oleh
karenanya, salah satu kota tempat diadakan penelitian tersebut bernama
Tembagapura yang artinya Kota Tembaga.
Penipuan
negara-negara asing ini tak tercium pula oleh para ahli-ahli geologi dan para
ahli sains Indonesia.
kibatnya,
maka pihak Indonesia benar-benar mengalami kerugian yang sangat banyak dari
hasil tambang tersebut.
Dari
pembagian hasil tambang itu, pihak Indonesia diberi tak lebih dari 1% saja.
Sebenarnya
dapat saja perjanjian tentang penemuan tembaga itu direvisi, karena adanya pembohongan
dan penipuan dari hasil yang sekarang diperolah, emas! Belum lagi dampak
lingkungan yang telah dihasilkan oleh tambang-tambang tersebut yang sangat
berbahaya untuk lingkungan di pulau Papua.
Karena
itu dihimbau kepada warga indonesia, lupakanlah masalah perbedaan suku, agama,
ras.. mari kita bersatu.
Berhati-hatilah
karena intelejen asing sudah ada di sekitar kita. Mari kita sama-sama jaga
kedaulatan RI supaya tidak sampai terpecah belah. Ini bukan negeri dongeng dan
berita ini bukan sekedar omong kosong.
Waspadalah
dengan gerakan-gerakan dari luar sana yang menginginkan Papua lepas dari NKRI
dan mencanangkan gerakan New World Order diseluruh penjuru bumi.
Prabowo Tegaskan: Ada Kekuatan Dunia
Ingin Lemahkan Indonesia
Mantan
Komandan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat Prabowo Subianto,
menegaskan adanya kekuatan tertentu di dunia yang terus mencoba melemahkan
kekuatan bangsa dan pemerintahan negara Indonesia.
“Ada
kekuatan tertentu di dunia, dan bahkan secara terang-terangan mereka juga
mengatakan bahwa Indonesia akan pecah, akan terjadi perang saudara dan
lain-lain,” katanya di Jakarta.
Indonesia
akan selalu dibuat lemah oleh kekuatan internasional itu, karena secara
geografis menguasai alur laut strategis dan juga mempunyai potensi kekayaan
alam melimpah.
Bukan
mustahil pula Indonesia memiliki kandungan uranium yang tinggi, sehingga ketika
Indonesia menjadi negara yang kuat dan besar, dikhawatirkan memproduksi bom
nuklir.
Sumber: Viva Forum
Sumber: Viva Forum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar